Banyuwangi,RK Hary Priyanto telah sah bergelar Doktor Ilmu Administrasi. Penyematan gelar doktor dilakukan di FISIP Universitas Jember pada ...
Banyuwangi,RK
Hary Priyanto telah sah bergelar Doktor Ilmu Administrasi. Penyematan gelar doktor dilakukan di FISIP Universitas Jember pada 27 Juli 2022. Berbagai karangan bunga dan spanduk tampak berjajar di pelataran Kampus Untag 1945 Banyuwangi dan di FISIP Universitas Jember.
Bagi kalangan sastrawan, Hary Priyanto dikenal sebagai penulis novel: Elegi Angin Pagi, dan novel: Trilogi Gandrung Kemiren.Dalam penganugerahan sebagai doktor ilmu administrasi di FISIP Universitas Jember itu tampak dihadiri putranya (Semilir Angin Nusantara dan Gemericik Air Bening Indonesia), orang tua, keluarga besar, rektor dan para dosen Untag 1945 Banyuwangi, para aktivis dari alumni GMNI, dan mahasiswa prodi doktor ilmu administrasi Universitas Jember.
Dosen FISIP Untag 1945 Banyuwangi yang juga terlibat sebagai tim pakar Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Kabupaten Banyuwangi, Asesor Kemenag RI Area Jawa Timur untuk Program Kerja Evaluasi Diri Madrasah (EDM) & Rencana Kerja dan Anggaran Madrasah (RKAM) serta pada Program Bantuan Kinerja dan Afirmasi (BKBA), dan sebagai Mitra Bestari Jurnal Kebijakan Pembangunan (JKP) Balitbangda Provinsi Kalimantan Selatan, mempertahan disertasi yang berjudul Pelayanan Publik dalam Perspektif Pancasila.
Apresiasi tidak hanya karena Hary Priyanto memperoleh nilai A dari Sidang Terbuka, tapi juga karena berhasil lulus cepat. Ia menempuh 2 tahun 11 bulan 4 hari.
Dalam pidatonya, Hary Priyanto memotret akses pelayanan publik. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menerapkan model kolaboratif dan integratif. Oleh karenanya ketersediaan akses pelayanan adalah hal penting.
Terlebih Banyuwangi memiliki wilayah luas. Pelayanan harus memudahkan dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
Hary Priyanto menyebut bahwa pelayanan terpusat menjadi masalah serius. Khususnya saat diketemukan problem pelayanan online yang terkendala kualitas birokrat dan jaringan. Kurang masifnya sosialisasi berdampak pada ketidak mampuan masyarakat sasaran menjangkau akses pelayanan.
Menurut Hary priyanto, ketersediaan atau keterbukaan akses merupakan penghormatan pemerintah pada tiap masyarakat yang berTuhan menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karenanya kesadaran kolektif penyelenggara pelayanan publik yang berorientasi pada azas gotong royong, menjunjung tinggi ketertiban, dan saling menghormati merupakan pengejawantahan landasan kemanusiaan dalam pelayanan publik yang berkeadilan.
Tribudi & team
COMMENTS