Lebak, RK Wilayah pesisir Lebak Selatan, khususnya Desa Situregen, terus menghadapi ancaman nyata dari potensi bencana tsunami dan Megathru...
Lebak, RK
Wilayah pesisir Lebak Selatan, khususnya Desa Situregen, terus menghadapi ancaman nyata dari potensi bencana tsunami dan Megathrust. Dengan tantangan ini, mitigasi bencana menjadi langkah esensial untuk melindungi masyarakat dan mengurangi dampak bencana. Senin(18/11/24)
Untuk memperkuat kesadaran dan keterlibatan komunitas, Gugus Mitigasi Lebak Selatan (GMLS) bekerja sama dengan mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) melalui MBKM Humanity Project Angkatan ke-5, Francesca Thalia Satiadhi dan Fuji Mentari Endiany, menyelenggarakan Workshop Desain Kaos bertema "Nyegah Bala Laut". Acara ini menggabungkan edukasi mitigasi bencana dengan pendekatan kreatif melalui desain kaos.
Mitigasi Bencana dengan Sentuhan Kreatif
Melalui workshop ini, peserta tidak hanya belajar teknik desain, tetapi juga mendalami materi tentang kesiapsiagaan menghadapi ancaman tsunami. Desain yang dihasilkan kemudian menjadi media komunikasi visual yang efektif, menyebarluaskan pesan kesiapsiagaan ke masyarakat lebih luas.
Abah Lala, Ketua GMLS, menyatakan, "Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesiapsiagaan tsunami, tetapi juga memberikan peluang ekonomi baru bagi pemuda melalui produksi kaos mitigasi." Ia menambahkan, kaos hasil workshop dapat menjadi pengingat visual kolektif masyarakat akan pentingnya mitigasi bencana, sekaligus membuka pintu bagi pemuda untuk berwirausaha di bidang kreatif.
Peran Pemuda dalam Membangun Ketangguhan Komunitas
Komunitas pemuda Desa Situregen, termasuk Karang Taruna dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), menjadi motor penggerak utama dalam program ini. Partisipasi aktif mereka diapresiasi oleh berbagai pihak, termasuk Deni Apriatna, Ketua Desa Tangguh Bencana (DESTANA). Ia menegaskan, "Pemuda tidak hanya belajar desain, tetapi juga memahami konsep mitigasi bencana seperti gempa bumi dan tsunami. Mereka kini menjadi penyampai informasi yang efektif di komunitas."
Dokumentasi untuk Edukasi berkelanjutan
sebagai bagian dari rangkaian program, GMLS dan mahasiswa UMN juga menghasilkan sebuah film dokumenter yang menggambarkan peran vital Karang Taruna dalam memperkuat kesiapsiagaan komunitas. Dokumenter ini menjadi media edukasi yang menyoroti bagaimana organisasi kepemudaan dapat mendorong solidaritas, meningkatkan kapasitas masyarakat, dan mempersiapkan mereka menghadapi ancaman bencana.
Kolaborasi untuk masa depan yang lebih siap. Dalam wawancara, Abah Lala menekankan pentingnya keterlibatan elemen pentahelix (pemerintah, akademisi, komunitas, media, dan sektor usaha) dalam mitigasi bencana. Ia menyebutkan, "Program ini menunjukkan bagaimana komunitas, terutama pemuda, dapat menjadi agen perubahan untuk membangun ketangguhan masyarakat."
Deni Apriatna juga berharap kegiatan seperti ini terus dilanjutkan di masa depan, "Pemuda adalah ujung tombak kesiapsiagaan. Dengan edukasi yang mereka terima, mereka bisa menjadi penggerak utama dalam menghadapi tantangan bencana di masa depan."
Program "Nyegah Bala Laut" menjadi bukti bahwa pendekatan kreatif, kolaborasi multi-pihak, dan pemberdayaan pemuda adalah kunci untuk membangun masyarakat pesisir yang lebih tangguh dan siap menghadapi ancaman bencana.
(YEN)
COMMENTS