Perjudian Di Tulung Agung Bosnya Orang Kuat Dan Kebal Hukum.

Tulungagung, RK Penjalinan, Bendosari, Kec. Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur terkumpulnya orang kebal hukum disini,sudah tahu dila...

Tulungagung, RK

Penjalinan, Bendosari, Kec. Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur terkumpulnya orang kebal hukum disini,sudah tahu dilarang oleh presiden Prabowo Subianto tentang larangan perjudian tapi orang orang didesa ini malah buka praktek judi sabung ayam dan judi dadu.(18.12.2024)

Waktu Tim media datang kelokasi ditemui salah satu panitia perjudian bernama Memed ,dengan mulut berbau alkohol dengan lantangnya dia berteriak menantang untuk memberitakan masalah perjudian sabung ayam diwilayahnya ya.

"Silahkan diberitakan saja kalau bisa ,saya tidak suka dengan orang pinter pinter ,kalau bisa Bubarkan(Dumas) tempat ini hebat sampeyan mas"' teriak Memed .

Tulungagung memang banyak Bos perjudian yang kuat dan merasa kebal hukum, contohnya banyak sekali tempat perjudian dan hampir disetiap kecamatan antara lain:

-Dusun penjalin,desa Ngantru , kecamatan Ngantru.(Sabung ayam dan Dadu)

-desa Ngujang , kecamatan Kedung waru ada 2 lokasi (.sabung ayam dan dadu)

-Desa bulu sari , kecamatan Kedung waru.(Sabung ayam dan dadu)

-desa kates , kecamatan Rejo tangan sabung ayam dan dadu)

-Sumber Rejo, kecamatan ngunut( sabung ayam,dadi dan Bingo)

-desakalidawir kecamatan Kalidawir (sabung ayam dan dadu)

-desa sukoanyar , kecamatan pakel(sabung ayam dan dadu).

 Desa sembung ,(pasar Ngemplak)

 kecamatan Tulungagung.(Judi kelereng/kletek )

dan masih ada beberapa lokasi yang belum didata oleh Tim Media.

 Sudah tahu perjudian dilarang oleh pemerintah dan agama tapi mereka para Bos dan penggila judi masih tidak perduli dengan himbauan Presiden terkait larangan perjudian.

Perjudian 303 jenis sabung ayam dan Dadu tersebut diduga keras melanggar UU yang Di Dasar hukum Perjudian jelas di tuangkan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian. Ancaman bagi pelaku perjudian yaitu penjara maksimal 10 tahun atau denda maksimal Rp 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).

Setelah berita ini diterbitkan tidak ada tindakan dari pihak pemangku hukum wilayah masing masing, kami Tim media akan konfirmasi ke Kapolres dan majelis ulama Indonesia (MUI) kabupaten Tulungagung.(Tim) bersambung