Belitung, radarkriminal.com 6 Oktober 2025 | Aroma busuk penegakan hukum kembali mencuat ke permukaan. Sebuah insiden dugaan pemukulan brut...
Belitung, radarkriminal.com
6 Oktober 2025 | Aroma busuk penegakan hukum kembali mencuat ke permukaan. Sebuah insiden dugaan pemukulan brutal terjadi di salah satu warung kopi ternama di Tanjungpandan, Belitung, melibatkan seorang pria yang disebut-sebut merupakan oknum dari Aparat Penegak Hukum (APH). Ironisnya, kejadian ini tak hanya soal adu fisik, tapi juga mengandung indikasi kuat terjadinya praktik "86" alias damai di bawah meja.
Kejadian terjadi pada Sabtu malam (4/10/2025) di kedai LO Coffee, sebuah tempat nongkrong yang cukup populer di kalangan warga lokal. Dalam suasana yang semestinya akrab, perdebatan panas meletus menjadi insiden kekerasan yang tak pantas terjadi apalagi jika benar pelakunya adalah aparat hukum.
Sumber yang berada di lokasi menyebutkan, dua pria berinisial MR dan MN awalnya hanya berselisih pendapat soal program Makan Bergizi Gratis (MBG), program yang belakangan ini ramai diperbincangkan masyarakat. Namun, diskusi yang awalnya ringan itu berubah menjadi cekcok sengit yang berakhir dengan dugaan pemukulan.
MR, yang diketahui bukan orang biasa di lingkungan tersebut, melontarkan ancaman terbuka: “Kalau aku tidak berani tinju kau,” sebelum akhirnya meninju wajah kiri MN di hadapan banyak saksi mata. MN pun terhuyung, sementara suasana di kafe langsung berubah tegang. Pengunjung panik. Sebagian langsung melerai, sebagian lagi memilih merekam.
Usai insiden, MR dengan santainya meninggalkan lokasi tanpa rasa bersalah. Yang lebih mengejutkan, menurut pengakuan beberapa saksi, tidak lama setelah kejadian, ada mobil dinas tak bertanda khusus yang datang ke lokasi memunculkan spekulasi bahwa ada pihak yang berusaha "menenangkan situasi" sebelum kasus ini sampai ke media.
MN, yang menjadi korban, langsung melapor ke kepolisian. Namun hingga berita ini ditulis, proses hukum berjalan lamban. Awak media yang mencoba mengonfirmasi kepada kuasa hukum MN tidak mendapat jawaban. Apakah ini bentuk pembiaran? Ataukah sudah terjadi lobi gelap antara pelaku dan pihak tertentu?
Aroma “86” makin terasa menyengat. Warga setempat menyuarakan kekesalan mereka di media sosial, menuntut transparansi dan proses hukum yang adil. “Kalau hukum cuma tajam ke bawah, maka tidak ada artinya lagi kita percaya polisi,” tulis salah satu akun Facebook yang viral malam tadi.
Pihak kepolisian Tanjungpandan hingga kini belum memberikan pernyataan resmi. Padahal, kasus ini sudah menjadi pembicaraan hangat di kalangan warga, bahkan mulai menyita perhatian aktivis dan lembaga pengawas independen. Apalagi jika benar MR adalah bagian dari institusi penegak hukum, maka publik berhak tahu siapa yang sebenarnya dilindungi: hukum, atau pelakunya?
Kejadian ini juga menjadi tamparan keras bagi institusi kepolisian jika terbukti ada pembiaran atau upaya "damai" yang mencederai keadilan. Di saat masyarakat diminta taat hukum, justru aparatnya yang diduga bermain di luar jalur hukum.
Keadilan tidak boleh pilih-pilih. Entah siapa MR sebenarnya, dan sekuat apa pengaruhnya, hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Jika tidak, maka warung kopi malam itu bukan hanya saksi pemukulan tapi juga saksi matinya kepercayaan rakyat pada hukum yang seharusnya melindungi, bukan melukai.
( LN /tim)
COMMENTS