Pangkalan Bun, RK Jatah Makanan yang sering disebut Ransum untuk penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan juga dengan sinkatan LP ini, me...
Pangkalan Bun, RK
Jatah Makanan yang sering disebut Ransum untuk penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan juga dengan sinkatan LP ini, menjadi sorotan publik.
Pasalnya, di Lapas Kelas II-B Pangkalan Bun kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dianggap tidak layak untuk konsumsi lantaran baru - baru ini, dalam beberapa bulan terakhir untuk jatah makan sangat drestis berkurang dari sebelumnya, dan menjadi topik pembicaraan para Nara Pidana (Napi) serta Tahanan.
Sangat miris memang, bila mendengar dan melihat hasil dari rekaman Narasumber yang sementara tidak mau untuk disebutkan namanya ini.
Sebab, Narasumber yang sejatinya adalah seorang Napi ini mengajak beberapa rekannya senasip di dalam ruangan LP mengatakan bahwa ransum makanan untuk penghuni Lapas kelas II-B Pangkalan Bun dianggap mereka tidak manusiawi dan terkesan Kepala Lapas (Kalapas) nya tidak memanusiakan Manusia lagi.
Dugaan para penghuni Lapas Kelas II-B Pangkalan Bun ini dikarenakan, setiap hari para tahanan dan Napi hanya dikasih menu semangkuk nasi beserta rebusan genjer atau kangkung tambah secuil ikan rebus atau goreng saja.
Terpisah, Kapalas Kelas II-B Pangkalan Bun, Doni Handriansyah, SH, M.Si, saat dikonfirmasi via telepon tidak menyangkal fakta itu. Menurut Doni, pihaknya harus membijaksanai dengan segala keterbatasan yang ada dari pusat. "Terkait itu kami telah berupaya semaksimal mungkin, sesuai apa yang sudah diatur." Ujar Kalapas ini (15/07/2024) Senin kemarin.
Dilanjutnya, "Tetapi kami juga tidak memungkiri itu dan kami evaluasi terus, setelah evaluasi lalu kami sampaikan ke pimpinan ke tingkat Pusat. Karena, segala sesuatu itu harus menerima dan hanya menerima, dan nanti kami cek lagi seperti apa fakta dilapangannya." Tambah Doni mengklarifikasi.
Di lain sisi, dugaan tentang cukup bebas beredar seperti hp camera dan alat komunikasi serta peralatan digital lainya di Lapas Kelas II-B Pangkalan Bun, tentu untuk Napi - Napi dan beberapa Tahanan yang ekonomi tergolong berkelas, Doni mengakui dan menganggap Lembaga yang dipimpinnya sama seperti Lapas di daerah lain.
Hal ini tentu sangat mengejutkan kita yang mendengarnya dan bisa menjadi salah berasumsi. Yang menduga bahwa di Lapas lain juga sama, sangat mudah bagi Napi dan Tahanan yang kaya untuk mendapatkan segala fasilitas dan kebutuhan sehari-hari yang diinginkan mereka di dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Fakta seperti yang diungkapkan Kalapas ini secara tidak langsung memperlihatkan betapa bobroknya Lembaga dari Menkumham saat ini.
Menurut Doni, hal ini terjadi disebabkan lantaran segala keterbatasan yang disediakan oleh pihak pusat sampai ke tingkat Lembaga yang dipimpinnya sangat minim. "Karena keterbatasan SDM, Peralatan, tetapi bukannya ada pembiaran.
Sekarang bapak bisa bayangin dari jumlah binaan tujuh ratus sekian, yang seharusnya isi cuman dua ratus orang, namun diisi sampai 780 orang, sedangkan pegawai kita di dalam cuma 1 orang pak (red). Nah, itu adalah bagian dari resiko kekurangan SDM, Satwas, dan lain sebagainya." Ungkap Doni.
"Kami setiap regu ada 8 orang, yakni 4 di Menara, 2 di pintu, 1 di pos dalam. Jadi 780 orang itu hanya 1 orang petugas kami di dalam. Nah, kami bukan melegalkan namun kami terus berupaya agar menuju lebih baik." Pungkas Kalapas ini.
NS : Yud
Ayi Suherman : tim
COMMENTS